Di suatu kesempatan, rekan kerja saya, Jo, menantang saya untuk membelanjakan semua tabungan recehnya di restoran mewah di samping kantor kami, Loewy. "Kak Aprie aku kasih semua tabungan recehku, tapi buat makan ke Loewy, ya! Ini isinya lima ratus ribu ada kali." Kemudian dia diam dan berpikir, "eh. Enggak jadi, deh. Kamu kan anaknya enggak tahu malu." Sialan. Tiap hari ada saja bahan ledekan buat saya dari manusia unik satu ini.
Surakarta, Surakarta City, Central Java, Indonesia
27 Oct 15
Di Ibukota sekarang, makanan khas daerah Jawa Tengahan yang biasa kita sering dengar dengan nama Wedangan, Angkringan, atau Nasi Kucing, sudah bukan lagi jadi kuliner langka. Bisa kita temui di sepanjang jalan Setiabudi, Fatmawati, sampai di pinggiran luar Mall besar seperti Blok M Square. Tampilannya pun dibuat mirip seperti yang ada di daerah, dengan gerobak sederhana dan tikar sebagai alas lesehan untuk menjamu tamu yang mampir. Jika di Ibukota penampilan warung Angkringan tadi dibuat kedaerah-daerahan sehingga mirip bentuk asalnya, justru kebalikan dengan Wedangan modern yang saya singgahi di Solo awal bulan lalu, Cafe Tiga Tjeret Old Time Cafe.
Tepat seminggu kemarin saya plesir ke Solo dengan tujuan wisata utama: Museum Purbakala Sangiran, atau dunia internasional mengenalnya sebagai Sangiran Early Man Site. Terletak di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Museum Purbakala sangiran berjarak tempuh kurang lebih 17 km, dengan durasi kurang lebih 40 menit mengendarai kendaraan dari kota Solo.
Jakarta, Special Capital Region of Jakarta, Indonesia
30 Sep 15
It still summer, lets celebrate it with something bright and colorful. Even at home and my whole agenda is about pleasure, I think it will be cute to start my day with a light book. I decided to read a new book #88LoveLife by Diana Rikasari and Dinda Puspitasari. Since this book written by english, let me review it by english too. Pardon my words.
Saya punya seorang adik lelaki, bekerja sebagai koki restoran Korea, tentang dia yang mudah sekali kena penyakit pernah saya tuliskan di sini: Koki Kesayangan. Seminggu ini kebetulan Si Broh, adik saya, dapat banyak jatah cuti dan jadwal kerja shift pagi, jadi dia punya banyak waktu istirahat dan main. Dua hari yang lalu ketika saya sudah sampai di rumah pulang dari kantor, Si Broh menghampiri saya dan cerita mengenai pengalamannya ketemu Abang Cina—yang dia lupa namanya—di tempat cetak foto. Dia mengambil sebutir lada dari atas meja dan berkata, "Abang Cina itu temannya Abang cetak foto, dia lagi ngasih tahu kalau pakai lada ini bisa nyembuhin penyakit."
Dari awal niat saya ke PIK bukan cuma untuk piknik di Taman Wisata Alam Angke Kapuk, tetapi juga kulineran! Mau pelesir ke mana saja, urusan icip-menyicip wajib hukumnya. Berhubung saya tidak paham daerah Utara Jakarta tetapi nafsu untuk mencoba berbagai makanan lucu menggebu-gebu, kami pilihlah tempat makan yang tidak terlalu jauh dari Taman Mangrove. Ruko Cordoba namanya. Jarak tempuh dari Taman Mangrove ke Ruko Cordoba tidak sampai satu kilo, dari kami turun BKTB hanya tinggal berjalan lurus saja menuju jajaran ruko bergaya mediterania. Ruko Cordoba merupakan salah satu pusat hiburan di PIK, segala bentuk hiburan seperti tempat karaoke, massage, waxing, dan berbagai tempat makan ada.
Sebagai bagian dari masyarakat urban yang aktif dan mudah jenuh dengan rutinitas kekotaan, saya merasa piknik adalah hal wajib. Minimal sebulan sekali harus pelesir ketempat yang jauh dari bising dan dekat dengan alam. Jika waktu dan biaya tidak memadai, tidak perlu mahal-mahal, sebuah taman kota dengan banyak pepohonan buat saya sudah lebih dari cukup; sudah membuat hati dan pikiran kembali fresh besok harinya.
Menulis itu harus menunggu mood. Menulis itu harus bagus, mengesankan, bermanfaat, bisa dibaca semua orang, dan sebagainya. Terlalu lama ditunda oleh keharusan-keharusan bagaimana sebaiknya sebuah tulisan itu dibuat, membuat saya tidak menghasilkan satu buah pun tulisan, atau postingan di blog ini. Karena kebanyakan mikir tadi, draft tulisan di blog saya lebih banyak dari pada tulisan yang sudah ter-upload. Sayang, kan, kalau ide-ide di kepala yang seharusnya dapat dituangkan kedalam satu buah tulisan atau postingan blog jadi buyar semua karena kelamaan di-PHP-in penulisnya. Padahal, menurut orang lain, belum tentu tulisan itu jadinya bagus-bagus amat.
Dibanding hiburan lainnya seperti novel, film, dan game, akhir-akhir ini saya lagi kecanduan komik di aplikasi Weebtoon. Tiap ada waktu senggang, saya pasti sibuk sama handphone—bacain satu per satu komik terupdate di sana. Orang-orang di kantor dan di rumah sudah bosan dan terbiasa melihat tabiat saya seperti itu, "komik lagi, komik lagi." kata mereka. Ya, namanya juga hobi.
Alhamdulillah! Promo Gojek masih diperpanjang.
Ini sudah alhamdulillah saya kali kesekian sejak perusahaan Gojek terus memperpanjang promo tarif jasa mereka. Dari promo awal sepuluh ribu rupiah kini menjadi lima belas ribu rupiah, buat saya sebagai pengguna angkutan umum aktif, sedikit kenaikan promo Gojek masih sangat menguntungkan. Tidak terlalu berlebihan jika saya bilang Gojek dan E-commerce transportasi lainnya seperti GrabTaxi, GrabBike dan Uber begitu memudahkan hidup saya.
Saking mentoknya sama ide, saya bingung mau bikin judul apa di Giveaway bulan ini. Ilham peraturannya pun baru datang kemarin malam. Sederhana sekali, hanya meneruskan kalimat di bawah ini menjadi tulisan panjang yang apa saja.
Saya ingat empat tahun lalu, tidak lama setelah blog ini dibuat, saya mulai mencari perkumpulan blogger-blogger di media sosial. Pikir saya dulu, pasti akan seru sekali jika bisa bergabung dengan para blogger lain yang sehobi dan akan banyak yang mengapresiasi tulisan-tulisan kita setelahnya. Kemudian saya mampir melihat perkumpulan blogger itu satu per satu. Ada yang bedasarkan genre hobi seperti: kumpulan travel blogger, food blogger, beauty blogger, atau blogger buku. Ada juga yang menampung berbagai macam blogger dengan tulisan random, tetapi memuat syarat yang agak rumit dan mengikat.
Sejak kecil saya terkenal lamban. Jika dibandingkan dengan anak lain, hasil pekerjaan saya pasti lebih akhir rampung. Karena itu keluarga memberi saya julukan "Nenek". Menurut mereka gerakan lamban hanya boleh dilakukan oleh nenek-nenek. Setelah dewasa saya terus belajar bagaimana bekerja dengan cepat dan hasil yang mendekati sempurna.
Sebulan itu waktu yang cepat, ya? Rasanya seperti baru kemarin 1 Bulan 1 Buku dengan tema cinta-cintaan berakhir. Walau tema bulan kemarin mengharuskan teman-teman bercerita tentang kisah sedih percintaan, di luar dugaan, ternyata banyak yang berpartisipasi. Jadi saya harap pada 1 Bulan 1 Buku kali ini yang bertema lebih fresh, lebih banyak pula teman-teman yang bakal ikutan menulis.
Kepada Para Pencinta,
Sudahkah kamu makan siang? Saya mengingatkan karena siapa tahu di antara kamu belum ada orang spesial yang mengingatkan hal sesepele: makan siang, selamat bekerja, atau hati-hati ketika pulang nanti. Hampir semua dari kita mengidamkan hal yang demikian, bukan?
Hai, penyair, apa kabarmu? Kutebak kamu pasti sedang meringkuk di kasur sambil memandangi bercak-bercak cacar di tubuhmu. Aku tahu kamu sedang sakit; aku sempat stalking akun twittermu beberapa hari lalu sebelum menulis surat ini. Cepat sembuh, ya.
Siapa tokoh detektif favorit kalian? Sherlock Holmes karangan Conan Doyle, Hercule Poirot dan Miss Marple karangan Agatha Christie, Conan Edogawa karangan Gosho Aoyama atau Kindaichi karangan Seimaru Amagi dkk? Kalau saya suka semua!
Kepada Bapak Gurbernur DKI Jakarta,
Halo, selamat sore Pak Ahok. Semoga kesehatan dan kebahagiaan selalu menyertai Bapak dan keluarga.
Halo, selamat sore Pak Ahok. Semoga kesehatan dan kebahagiaan selalu menyertai Bapak dan keluarga.
Kepada Seprai Kesayangan,
Aku mau jujur kepadamu akan satu hal, yaitu...
Dear Sir Alan Turing,
Andai saja aku adalah seorang cicit dari Joan Elisabeth Clarke, rekan kerja sekaligus mantan tunanganmu di Bletchley Park, maka aku akan protes ke nenek buyutku itu, mengapa beliau tidak memaksamu—atau setidaknya berusaha keras—untuk tetap bisa bertunangan kemudian menikah denganmu? Kamu tahu, aku sangat berharap andai saja sejarah bisa diubah dan nenek buyutku itu dapat meyakinkanmu bahwa dengan menikahi dirinya, dirimu sedikitnya akan mendapatkan perlindungan hukum dari status perkawinan.
Andai saja aku adalah seorang cicit dari Joan Elisabeth Clarke, rekan kerja sekaligus mantan tunanganmu di Bletchley Park, maka aku akan protes ke nenek buyutku itu, mengapa beliau tidak memaksamu—atau setidaknya berusaha keras—untuk tetap bisa bertunangan kemudian menikah denganmu? Kamu tahu, aku sangat berharap andai saja sejarah bisa diubah dan nenek buyutku itu dapat meyakinkanmu bahwa dengan menikahi dirinya, dirimu sedikitnya akan mendapatkan perlindungan hukum dari status perkawinan.
Pagi tadi, ketika saya izin berangkat ke kantor, Ibu saya protes karena tangannya sudah lama tidak disalami. Saya sering kali alpa kegiatan itu, menyalami tangan orang tua ketika izin ke luar atau masuk rumah. Apalagi kalau ada pertengkaran kecil antara saya dan Ibu sebelumnya, saya menjadi malas untuk salaman atau berlagak lupa. Ibu saya, layaknya orang tua kebanyakan, makin tua makin sensitif. Sedangkan saya sensitif dengan keributan, kalau sudah ribut-ribut bawaannya jadi mutung dan memilih bersikap masa bodoh.