Dibanding hiburan lainnya seperti novel, film, dan game, akhir-akhir ini saya lagi kecanduan komik di aplikasi Weebtoon. Tiap ada waktu senggang, saya pasti sibuk sama handphone—bacain satu per satu komik terupdate di sana. Orang-orang di kantor dan di rumah sudah bosan dan terbiasa melihat tabiat saya seperti itu, "komik lagi, komik lagi." kata mereka. Ya, namanya juga hobi.
Alhamdulillah! Promo Gojek masih diperpanjang.
Ini sudah alhamdulillah saya kali kesekian sejak perusahaan Gojek terus memperpanjang promo tarif jasa mereka. Dari promo awal sepuluh ribu rupiah kini menjadi lima belas ribu rupiah, buat saya sebagai pengguna angkutan umum aktif, sedikit kenaikan promo Gojek masih sangat menguntungkan. Tidak terlalu berlebihan jika saya bilang Gojek dan E-commerce transportasi lainnya seperti GrabTaxi, GrabBike dan Uber begitu memudahkan hidup saya.
Saking mentoknya sama ide, saya bingung mau bikin judul apa di Giveaway bulan ini. Ilham peraturannya pun baru datang kemarin malam. Sederhana sekali, hanya meneruskan kalimat di bawah ini menjadi tulisan panjang yang apa saja.
Saya ingat empat tahun lalu, tidak lama setelah blog ini dibuat, saya mulai mencari perkumpulan blogger-blogger di media sosial. Pikir saya dulu, pasti akan seru sekali jika bisa bergabung dengan para blogger lain yang sehobi dan akan banyak yang mengapresiasi tulisan-tulisan kita setelahnya. Kemudian saya mampir melihat perkumpulan blogger itu satu per satu. Ada yang bedasarkan genre hobi seperti: kumpulan travel blogger, food blogger, beauty blogger, atau blogger buku. Ada juga yang menampung berbagai macam blogger dengan tulisan random, tetapi memuat syarat yang agak rumit dan mengikat.
Sejak kecil saya terkenal lamban. Jika dibandingkan dengan anak lain, hasil pekerjaan saya pasti lebih akhir rampung. Karena itu keluarga memberi saya julukan "Nenek". Menurut mereka gerakan lamban hanya boleh dilakukan oleh nenek-nenek. Setelah dewasa saya terus belajar bagaimana bekerja dengan cepat dan hasil yang mendekati sempurna.
Sebulan itu waktu yang cepat, ya? Rasanya seperti baru kemarin 1 Bulan 1 Buku dengan tema cinta-cintaan berakhir. Walau tema bulan kemarin mengharuskan teman-teman bercerita tentang kisah sedih percintaan, di luar dugaan, ternyata banyak yang berpartisipasi. Jadi saya harap pada 1 Bulan 1 Buku kali ini yang bertema lebih fresh, lebih banyak pula teman-teman yang bakal ikutan menulis.
Kepada Para Pencinta,
Sudahkah kamu makan siang? Saya mengingatkan karena siapa tahu di antara kamu belum ada orang spesial yang mengingatkan hal sesepele: makan siang, selamat bekerja, atau hati-hati ketika pulang nanti. Hampir semua dari kita mengidamkan hal yang demikian, bukan?
Hai, penyair, apa kabarmu? Kutebak kamu pasti sedang meringkuk di kasur sambil memandangi bercak-bercak cacar di tubuhmu. Aku tahu kamu sedang sakit; aku sempat stalking akun twittermu beberapa hari lalu sebelum menulis surat ini. Cepat sembuh, ya.
Siapa tokoh detektif favorit kalian? Sherlock Holmes karangan Conan Doyle, Hercule Poirot dan Miss Marple karangan Agatha Christie, Conan Edogawa karangan Gosho Aoyama atau Kindaichi karangan Seimaru Amagi dkk? Kalau saya suka semua!
Kepada Bapak Gurbernur DKI Jakarta,
Halo, selamat sore Pak Ahok. Semoga kesehatan dan kebahagiaan selalu menyertai Bapak dan keluarga.
Halo, selamat sore Pak Ahok. Semoga kesehatan dan kebahagiaan selalu menyertai Bapak dan keluarga.
Kepada Seprai Kesayangan,
Aku mau jujur kepadamu akan satu hal, yaitu...
Dear Sir Alan Turing,
Andai saja aku adalah seorang cicit dari Joan Elisabeth Clarke, rekan kerja sekaligus mantan tunanganmu di Bletchley Park, maka aku akan protes ke nenek buyutku itu, mengapa beliau tidak memaksamu—atau setidaknya berusaha keras—untuk tetap bisa bertunangan kemudian menikah denganmu? Kamu tahu, aku sangat berharap andai saja sejarah bisa diubah dan nenek buyutku itu dapat meyakinkanmu bahwa dengan menikahi dirinya, dirimu sedikitnya akan mendapatkan perlindungan hukum dari status perkawinan.
Andai saja aku adalah seorang cicit dari Joan Elisabeth Clarke, rekan kerja sekaligus mantan tunanganmu di Bletchley Park, maka aku akan protes ke nenek buyutku itu, mengapa beliau tidak memaksamu—atau setidaknya berusaha keras—untuk tetap bisa bertunangan kemudian menikah denganmu? Kamu tahu, aku sangat berharap andai saja sejarah bisa diubah dan nenek buyutku itu dapat meyakinkanmu bahwa dengan menikahi dirinya, dirimu sedikitnya akan mendapatkan perlindungan hukum dari status perkawinan.
Pagi tadi, ketika saya izin berangkat ke kantor, Ibu saya protes karena tangannya sudah lama tidak disalami. Saya sering kali alpa kegiatan itu, menyalami tangan orang tua ketika izin ke luar atau masuk rumah. Apalagi kalau ada pertengkaran kecil antara saya dan Ibu sebelumnya, saya menjadi malas untuk salaman atau berlagak lupa. Ibu saya, layaknya orang tua kebanyakan, makin tua makin sensitif. Sedangkan saya sensitif dengan keributan, kalau sudah ribut-ribut bawaannya jadi mutung dan memilih bersikap masa bodoh.