Hai, penyair, apa kabarmu? Kutebak kamu pasti sedang meringkuk di kasur sambil memandangi bercak-bercak cacar di tubuhmu. Aku tahu kamu sedang sakit; aku sempat stalking akun twittermu beberapa hari lalu sebelum menulis surat ini. Cepat sembuh, ya.
Siapa tokoh detektif favorit kalian? Sherlock Holmes karangan Conan Doyle, Hercule Poirot dan Miss Marple karangan Agatha Christie, Conan Edogawa karangan Gosho Aoyama atau Kindaichi karangan Seimaru Amagi dkk? Kalau saya suka semua!
Kepada Bapak Gurbernur DKI Jakarta,
Halo, selamat sore Pak Ahok. Semoga kesehatan dan kebahagiaan selalu menyertai Bapak dan keluarga.
Halo, selamat sore Pak Ahok. Semoga kesehatan dan kebahagiaan selalu menyertai Bapak dan keluarga.
Kepada Seprai Kesayangan,
Aku mau jujur kepadamu akan satu hal, yaitu...
Dear Sir Alan Turing,
Andai saja aku adalah seorang cicit dari Joan Elisabeth Clarke, rekan kerja sekaligus mantan tunanganmu di Bletchley Park, maka aku akan protes ke nenek buyutku itu, mengapa beliau tidak memaksamu—atau setidaknya berusaha keras—untuk tetap bisa bertunangan kemudian menikah denganmu? Kamu tahu, aku sangat berharap andai saja sejarah bisa diubah dan nenek buyutku itu dapat meyakinkanmu bahwa dengan menikahi dirinya, dirimu sedikitnya akan mendapatkan perlindungan hukum dari status perkawinan.
Andai saja aku adalah seorang cicit dari Joan Elisabeth Clarke, rekan kerja sekaligus mantan tunanganmu di Bletchley Park, maka aku akan protes ke nenek buyutku itu, mengapa beliau tidak memaksamu—atau setidaknya berusaha keras—untuk tetap bisa bertunangan kemudian menikah denganmu? Kamu tahu, aku sangat berharap andai saja sejarah bisa diubah dan nenek buyutku itu dapat meyakinkanmu bahwa dengan menikahi dirinya, dirimu sedikitnya akan mendapatkan perlindungan hukum dari status perkawinan.
Pagi tadi, ketika saya izin berangkat ke kantor, Ibu saya protes karena tangannya sudah lama tidak disalami. Saya sering kali alpa kegiatan itu, menyalami tangan orang tua ketika izin ke luar atau masuk rumah. Apalagi kalau ada pertengkaran kecil antara saya dan Ibu sebelumnya, saya menjadi malas untuk salaman atau berlagak lupa. Ibu saya, layaknya orang tua kebanyakan, makin tua makin sensitif. Sedangkan saya sensitif dengan keributan, kalau sudah ribut-ribut bawaannya jadi mutung dan memilih bersikap masa bodoh.
Pada bulan April lalu saya dihadiahi buku kumpulan cerpen Eka Kurniawan berjudul "Corat-coret di Toilet" oleh seorang teman istimewa yang namanya ada di atas sebagai nama persembahan atas postingan ini. Saya senang. Senang sekali. Semakin tua umur semakin sedikit yang memberi kado atau hadiah kepada saya, pun saya jarang sekali memberikan hadiah atau kejutan kecil kepada orang-orang terdekat.