Di Ibukota sekarang, makanan khas daerah Jawa Tengahan yang biasa kita sering dengar dengan nama Wedangan, Angkringan, atau Nasi Kucing, sudah bukan lagi jadi kuliner langka. Bisa kita temui di sepanjang jalan Setiabudi, Fatmawati, sampai di pinggiran luar Mall besar seperti Blok M Square. Tampilannya pun dibuat mirip seperti yang ada di daerah, dengan gerobak sederhana dan tikar sebagai alas lesehan untuk menjamu tamu yang mampir. Jika di Ibukota penampilan warung Angkringan tadi dibuat kedaerah-daerahan sehingga mirip bentuk asalnya, justru kebalikan dengan Wedangan modern yang saya singgahi di Solo awal bulan lalu,
Cafe Tiga Tjeret Old Time Cafe.
Cafe Tiga Tjeret yang beralamatkan di jalan Ronggowarsito No.97, Ngarsopuro, Solo ini justru bertema modern dengan desain interior yang nge-pop, minimalis dan sangat urban. Sangat kekotaan. Saya melewati Cafe ini di malam hari sewaktu pulang dari mengunjungi
Museum Purbakala Sangiran, pengunjungnya luar biasa ramai. Apalagi pas banget malam minggu, Cafe ini didominasi sebagai tempat nongkrong gaul muda-mudi Solo.
Siang sebelum balik ke Jakarta, saya menyempatkan diri mampir untuk mencoba menu yang ada di Cafe Tiga Tjeret. Sebenarnya kurang cocok makan wedangan saat siang di Solo yang relatif panas. Untungnya, menu minuman dingin di sini cukup beragam, serta pilihan nasi dan lauknya pun juga banyak. Sate-satean seperti sate ati, sosis, rolade, dengan berbagai macam gorengan. Lengkap.
Pesanan kami pada gambar di atas yaitu: masing-masing satu porsi nasi bungkus dengan empat lauk, ditambah float root beer dan teh kampul. Total yang harus dibayarkan untuk porsi dua orang kurang lebih enam puluh ribu rupiah / IDR 60k. Dibanding Wedangan lain yang lebih merakyat, rasa makanan di Cafe Tiga Tjeret memang tidak jauh berbeda, keunikannya terletak pada variasi lauk dan minuman yang lebih banyak dan modern layaknya Cafe di kota. Namun untuk menikmati makanan daerah di tempat yang unik begini, rasanya saya tidak sayang untuk membayar lebih sesekali.
|
Interior Cafe Tiga Tjeret di lantai bawah |
|
Menggunakan kaki mesin jahit dan poster-poster bioskop tempo doeloe. Seru! |
|
Wastafel dari alat penyiram tanaman |
Interior yang ada di lantai dua lebih hijau dibanding yang ada di bawah tadi. Masih bergaya urban dan minimalis, pengelola kreatif betul memanfaatkan barang-barang yang bisa didaur ulang untuk properti Cafe ini.
|
Interior yang ada di lantai dua |
|
Properti yang unik dan minimalis |
|
Memanfaatkan Krat botol yang sudah tidak terpakai sebagai kursi |
|
Banyak mural di dinding lantai 2 Cafe Tiga Tjeret |
Cafe ini sudah begitu bagus dijadikan tempat nongkrong atau sekedar icip kuliner baru. Namun sayangnya, ketika saya selesai makan dan mulai mengambil foto-foto di sekitar Cafe, ada sekawanan tikus yang mondar mandir di lantai bawah. Saya yang
fobia tikus ini jelas saja histeris. Adanya sekawanan tikus ini boleh jadi bukan kesalahan Cafe karena kurang higienis, tetapi konsep Cafe yang sangat terbuka tanpa pintu dan sekat lainnya memungkinkan apapun bisa masuk ke dalam. Semoga saja ke depannya ada solusi keamanan atau minimal security check "
No Animal Allowed". Hehehe.
Anjrit wastaferlnya keren :)
ReplyDeleteoverall sih keren tempatnya, ya terlepas dari tikus itu pri
eh itu bangkuya keliatan kusan gitu :"(
Iya, kan konsepnya urban, jadi semua propertinya barang daur ulang dengan konsep jadul gitu.
Deleteoh my... btw itu kursinya udah tua banget apa gimana ya kok warnanya pudar heheee
ReplyDeleteSemua properti di Cafe Tiga Tjeret memang pakai barang-barang tua, Mbak. Pengelola mau menonjolkan kesan urbannya di situ. :))
DeleteOld school bingits cafe nya.. Aku jadi inget nasi kucing dan angkringan di malioboro. Tapi serius, memang nya ada ya nasi kucing di daerah setiabudi, fatmawati, dan blok m? Dimana nya kalau boleh tau? Mau nyobain juga hihihii
ReplyDeleteAda, Mbak. Kalau yang di Fatmawati, ada beberapa di sepanjang pinggir jalan Fatmawati. Kalau yang di Setiabudi, ada di seberah RS. Mata Aini. Dan lesehan di depan pintu masuk samping Blok M Square persis. Met kulineran! :D
Deletesuasananya enak gitu ya kayaknya, bikin betah
ReplyDeleteBikin kenyang juga. :))
DeleteInteriornya kece >.< apa lagi merecycle barang-barang bekas! Kece ih! Keberadaan tikusnya aja ya yang rada menyeramkan u.u
ReplyDeleteNyeremin, emang. :(
DeleteResiko Cafe dengan konsep open space begitu.
wah saya gak bsia bayangin hebohnya saat mickey mouse muncul di endingnya mbak hehe.... wah inpsire buat bkin tempat usaha yg modalnya minim heheh mantap mbak....
ReplyDeleteHehehe. Iya, ide ownernya menginspirasi banget. Biar kota-kota lain juga bikin usaha kuliner yang unik gini.
DeleteMba Aprijanti Aprie Terimakasih Atas kunjungan dan Reviewnya ,serta apresiasi positif dari Mba Apri , semoga kami bisa lebih baik dari yang sekarang Mba
ReplyDeletesalam dari solo
saya andhang
Kalo Mba Apri ke solo lagi mampir di tempat kami yang lain Mba
ReplyDeletekami ada brand2 lain selain Cafe Tiga Tjeret
Ada Playground organized by Cafe Tiga Tjeret , Tradisi Ngopi , Mie Pede..es dan yang terbaru esGRim , semuanya dengan konsep yang berbeda dan pasti menjanjikan sesuatu yang baru dan berbeda , semua bisa di Googling Mba Apri
Salam
Halo Pak Andhang, terima kasih sudah mampir ke Blog saya. :D
DeleteSemoga saya bisa ke solo lagi dan mampir ke tempat-tempat yang Bapak sebutkan di atas. Hehehe.