APRIJANTI

story, hobby, and beauty blog

Nasib Sepatu Baru

Malam itu, sepulang bekerja, AJ mendatangi Mall besar yang berjarak tidak terlampau jauh dari rumahnya (Sebagai gambaran, kalau naik Busway hanya berjarak 6 shelter saja). AJ geram, kurang sabaran, karena sepatu baru yang dicari-carinya sejak bulan lalu tidak juga didapat. Ke Passer Baroe–tempat favorit berbagai toko sepatu berjejeran–sudah didatanginya, tetapi nihil, tidak ada sepatu yang sesuai dengan ukuran kakinya untuk tiap sepatu yang ingin dia beli. Pikirnya, lebih baik tidak ada satupun model sepatu yang sesuai selera daripada ada sepatu yang sudah jadi incaran tetapi ukurannya tidak ada. Sedih bukan main! Lalu karena hasratnya akan sepatu mengalahkan hasratnya akan lelaki (dih.. Lagi denial, tuh) didatanginyalah Mall besar itu, berharap bertemu sepatu idaman.

Over Thinking

: Ika Fitriana Oversensitif

Saat menulis postingan ini, Ka, aku sedang bahagia: mengunyah buah manggis hampir satu kilo banyaknya, sendirian. Di tempat kerjaku sekarang, kalau siang suka banyak tukang buah gerobak lewat. Bisa kamu bayangkan betapa bahagianya aku, kan? Lihat manggis (dan juga semangka) berjejeran.

Dongeng Setelah Bangun Tidur

OCD adalah...

Em, jadi begini, Mas. Aku bingung mau mengarang-ngarang cerita seperti apa mengenai ulasan Obsessive–Compulsive Disorder yang pernah kamu minta. Yeah, I'm a bad storyteller who want to be a good one. Mencontek metode deduksi Sherlock Holmes ketika mengungkap kasus-kasus kriminal kliennya– satu-satunya novel yang rela kamu beli lengkap seluruh seri. Kamu tahu? Kejadian kamu membeli buku Sherlock Holmes adalah kepuasan terbesarku selama kita berteman. "Akhirnya. Si tukang pipa ini beli buku juga!" Sama puasnya ketika muridku dulu bilang, "Kak! Math-ku dapet sepuluh, lho." –Jadi, aku bakal bercerita asal muasal rangkaian kejadian yang membuatku sadar, "oh, ternyata yang begitu itu adalah OCD."

Koki Kesayangan

Hai Broh, gimana badannya? Semoga makin sehat.

Sebenernya surat ini ditulis dari minggu kemarin, waktu Si Broh mendadak sakit, si empunya blog sedih banget. Makanya mendadak melankolis pengin nulis surat. Tapi pasti isi suratnya jadi so sweeeeet banget. Padahal surat yang menurut gue enggak sweet sama sekali masih dibilang sweet sama orang lain. Apa jadinya kalau surat yang tadinya akan begitu so sweet ini diposting? Pasti setelah baca kita bakal ngakak bareng, atau bego bareng kayak biasanya. Sekarang, gue harap isi surat yang sudah ditulis ulang ini enggak lagi menjadi melankolis.

Kepada Alberthiene Endah

Mbak @AlberthieneE yang baik,

Aku lupa bagaimana sejarahnya bisa tahu kemudian jadi bagian dari salah satu followers akun twittermu. Menjadi pelupa (dan penidur) memang bakatku sejak lama. Tetapi aku selalu ingat bahwa ada satu akun yang tidak ingin aku lewatkan isi twitpic-nya, foto-foto kegiatan delapan anak yang sangat disayanginya. Iya, Mbak, Aku juga jadi ngefans sama Bruno, Karin, Elmo, Shiloh, Loco, Mochito, Rainbow, dan si pendatang baru, Max, karena linimasamu yang berisikan foto-foto mereka setiap hari.

Kepada Mbah (Yang Aku Tidak Tahu Siapa Namanya)

Aku maklum sekali kalau Mbah tidak ingat denganku kemarin itu, akuwanita yang duduk persis di depan mbah dengan jeans dan kaus panjang berwarna abusedang menunggu teman mengantri nasi pecel untuk kami. Dalam waktu menungguku itu, aku telah tanpa ijin mengambil gambar Mbah dengan kamera handphone yang sudah di-silent. Maaf ya, Mbah, kalau keberatan untuk kuambil fotonya dan kupajang pada postingan ini. 

Untuk Kamu Yang Akan Kuberi Nama, Avicenna

Hai, nak!

(aku senang menyebutmu dengan panggilanan nak. Panggilan posesif orang tua yang merasa memiliki anaknya. Dan kurasa kamu adalah satu-satunya hal di dunia yang akan kuposesifi kelak. Semoga kamu tidak keberatan)

Surat Terbuka untuk Zus Ika

Duren Tiga, 5 Desember 2013

Zus Ika,

Aku paham kamu pernah kesal bahkan marah kepada orang dengan status menikahkhususnya wanita menikahatas pertanyaan mereka kepada wanita yang belum menikah, "kenapa belum?". Wajar, aku juga pernah diberi pertanyaan-pertanyaan macam itu, karena aku juga wanita dengan usia hampir 27 tahun yang belum menikah. Atas pertanyaan mereka itu, biasanya hanya kutanggapi dengan jawaban tidak serius dan cengengesan saja, padahal dalam hati aku sedih.

Apa Yang Kamu Lakukan Pada Sebuah Kenangan?

"Apa yang kamu lakukan pada sebuah kenangan?"

Kalau kamu menanyakan hal itu kepadaku, maka aku akan menjawab "Membingkainya. Lalu menaruhnya pada sudut ruangan."

Tujuh Hari

Saya tidak takut mati. Tetapi, saya takut membayangkan disiksa sampai mati.

Waktu Sekolah Dasar dulu, guru saya pernah bercerita bahwa seharusnya penjahat yang dihukum seumur hidup tidak dimasukkan ke dalam penjara lalu dibiarkan hidup begitu saja sampai ajalnya tiba, melainkan disiksa sampai mati. Disiksa. Pemikirannya memang menyeramkan. Mungkin geram dengan hukuman penjahat yang terlampau ringan.

Di Balik Gerobak Kayu

Kejadian yang paling aku ingat dari sosok di balik gerobak kayu adalah tentang pengalaman gadis kecil yang lucu. Gadis kecil yang sering bermain sendiri, usianya setelah balita, lebih sering dikurung di dalam rumah daripada dibiarkan bermain dengan sebayanya. Konon Ibunya tidak tega anak gadisnya selalu menangis setelah pulang dari bermain dengan teman-temannya. Saat gadis kecil itu bermain sendiri di depan rumah, ada sepasang–gerobak kayu dan lelaki tua–yang melintas melewatinya, berhenti di samping rumahnya yang kira-kira hanya lima meter dari tempat dia berada. Kemudian anak-anak datang menghampiri sosok di balik gerobak itu; Ibu-ibu gendut dengan daster warna-warni sambil menenteng mangkok plastik juga datang meramaikan.

Kalau Aku Semakin Tua ...

Sebelumnya, saya ucapkan Selamat Idul Fitri. Saya minta maaf atas postingan-postingan kemarin yang kurang berkenan.

Buat saya liburan Idul Fitri tahun ini terasa pendek, mungkin karena jatuh pada hari kamis, setelah itu weekend,  setelah itu kembali Senin. Dan saya sebagai newbie di kantor belum boleh dapat jatah cuti. It means we have to get back to work and routine. Jadi saya putuskan liburan lebaran tahun ini tidak ke mana-mana. Seminggu di rumah saja bersama keluarga lantas bukan berarti saya tidak mendapatkan apa-apa selain kebosanan. Ada satu moment yang membuat saya terpelintir ngilu.
back to top