APRIJANTI

story, hobby, and beauty blog

Kepada Alberthiene Endah

Mbak @AlberthieneE yang baik,

Aku lupa bagaimana sejarahnya bisa tahu kemudian jadi bagian dari salah satu followers akun twittermu. Menjadi pelupa (dan penidur) memang bakatku sejak lama. Tetapi aku selalu ingat bahwa ada satu akun yang tidak ingin aku lewatkan isi twitpic-nya, foto-foto kegiatan delapan anak yang sangat disayanginya. Iya, Mbak, Aku juga jadi ngefans sama Bruno, Karin, Elmo, Shiloh, Loco, Mochito, Rainbow, dan si pendatang baru, Max, karena linimasamu yang berisikan foto-foto mereka setiap hari.

Kepada Mbah (Yang Aku Tidak Tahu Siapa Namanya)

Aku maklum sekali kalau Mbah tidak ingat denganku kemarin itu, akuwanita yang duduk persis di depan mbah dengan jeans dan kaus panjang berwarna abusedang menunggu teman mengantri nasi pecel untuk kami. Dalam waktu menungguku itu, aku telah tanpa ijin mengambil gambar Mbah dengan kamera handphone yang sudah di-silent. Maaf ya, Mbah, kalau keberatan untuk kuambil fotonya dan kupajang pada postingan ini. 

Surat Terbuka untuk Zus Ika

Duren Tiga, 5 Desember 2013

Zus Ika,

Aku paham kamu pernah kesal bahkan marah kepada orang dengan status menikahkhususnya wanita menikahatas pertanyaan mereka kepada wanita yang belum menikah, "kenapa belum?". Wajar, aku juga pernah diberi pertanyaan-pertanyaan macam itu, karena aku juga wanita dengan usia hampir 27 tahun yang belum menikah. Atas pertanyaan mereka itu, biasanya hanya kutanggapi dengan jawaban tidak serius dan cengengesan saja, padahal dalam hati aku sedih.

Setelah Menonton Teater

Tepat minggu kemarin, 17 November 2013, pada jam ini saya sedang ada di TIM, menonton pertunjukkan teater Koma bertajuk Ibu yang tampil di hari terakhirnya. Ibu yang diadaptasi dari naskah Bertolt Brecht - Mother Courage and Her Children, menceritakan tentang Ibu Brani dan ketiga anaknya. Mereka adalah pedagang gerobak keliling di tengah medan perang yang tidak berkesudahan. Jika sedang berjualan di kasawan Matahari Putih, maka Ibu Brani akan memasang bendera Matahari Putih di gerobaknya, pembeli barang dagangannya sudah pasti tentara dan pasukan Matahari Putih. Begitu pun sebaliknya, jika mereka sedang berjualan di kawasan Matahari Hitam.